Wirausaha vs Pendidikan Tinggi


Entah akan berkarir atau menjadi Ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi Ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas. -Dian Sastro-

Dari dulu sampe sekarang, cita-cita berwirausaha itu sangat kuat, bagiku menimba ilmu di pendidikan formal sangat menyita banyak waktu, toh tidak semua orang yang berpendidikan tinggi bisa sukses.
Banyak yang hanya lulusan SD atau bahkan tidak pernah mencicipi pendidikan di bangku sekolah bisa menjadi orang sukses yang bermanfaat bagi banyak orang. Malas rasanya berkuliah setinggi-tingginya, menghabiskan banyak waktu di kampus, lembur untuk tugas-tugas perkuliahan yang banyaknya tiada ampun itu. Pengennya sih segera memulai berbisnis, merintis bisnis dari nol, memulai semuanya dengan segera. Tapi orang dikatakan "sukses" lahir batin dan dunia akhirat itu tidak pernah egois. Mereka tidak hanya memikirkan cita-citanya sendiri, tetapi juga cita-cita orang disekitarnya. 
Bapak selalu bilang, "Bapak nggak bisa ngasih kamu warisan harta nduk, bapak cuma bisa memberi bekal pendidikan yang setinggi-tingginya kepada anak-anak bapak". Begitulah bapak, cita-citanya untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin sangatlah kuat. Selalu optimis, walaupun aku yang menjalankan amanah dari beliau selalu pesimis kalau aku mampu melakukannya. Jangan ditanya bagaimana pelitnya bapak untuk membelikan anak-anaknya sesuatu yang diluar anggaran pendidikan. Disaat teman-teman sekolahku ketika SD pada rame membeli PS, aku hanya bisa merengek-rengek dan dikasih harapan-harapan palsu. Tapi kalo soal buku pelajaran dan kebutuhan sekolah, berapapun mahalnya, berapapun banyaknya, begitu minta, gak perlu nunggu besoknya, hari itu juga langsung dianterin beli. Dulu sih sering ngambek, tapi seiring bertambahnya umur yang Insya Allah bertambah juga kedewasaannya jadi semakin ngerti alasan bapak melakukan itu.
Cita-cita orang tua dan cita-cita pribadi seringkali membuatku bingung. Ingin rasanya lepas dari beban ini. Tapi kalau dipikir-pikir, nggak ada salahnya menuruti kemauan orang tua. Ditambah lagi semangatnya ibu untuk meyakinkan kalau jalan ini tidak salah. "Bersekolah setinggi-tingginya nggak merugikan kan? Nggak semua orang bisa mendapatkan pendidikan yang layak seperti kamu. Kalau ibu jadi kamu, ibu nggak pake mikir, pasti langsung ibu jalanin. Ibu dulu pengen banget sekolah SMA, tapi nggak bisa karena nggak ada biaya. Walaupun maksa si mbah sampe gimana juga tetep si mbah nggak mampu nyekolahin, apalagi adik-adik ibu ada banyak. Kamu ini nggak pake minta udah disuruh loh, kok ya masih nggak mau. Wong sekolah tinggal berangkat aja kok pake repot."
Hmm, sepertinya aku nggak boleh egois. Selagi kedua orang tua masih sehat, selagi rejeki masih lancar, apa salahnya bersekolah setinggi-tingginya. Berwirausaha juga butuh kecerdasan kan (biar nggak gampang dibohongi orang). Apalagi kelak aku akan menjadi seorang ibu, madrasah pertama bagi anak-anakku. Melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Bagaimana aku bisa mendidik mereka dengan baik kalau aku tidak bisa mendidik diriku sendiri dengan baik dimasa mudaku? Bismillah, Fighting Trisiiia~

Komentar

Postingan Populer